BUKAN Manusia Setengah Salmon



Yang ini repost juga, hehehe Semoga ga basi.. ;)


Sushi.. Entah apa yang telah diperbuatnya sehingga saya dengan mudah jatuh cinta pada makanan Jepang yang satu ini..
Apa sih yang identik dari Sushi? Jepang. Seaweed. Salmon. Iya, Salmon. Pernah tahu tentang kehidupan salmon?
Salmon itu mahal. Haha.. Kalau kata orang sih, salmon itu mahal karena mereka berenang melawan arus. Iya, kalau cuma berenang ngikutin arus sih ikan mati juga bisa. :p
Sudah merasa lebih hebat dari ikan ini??

Kita mulai dari awal kehidupan sang salmon..
Dunia perairan pertama yang dikenal oleh seekor salmon adalah air sungai.
Sungai? Ikan mahal itu berasa dari sungai?
Iya, mereka lahir di muara sungai.

Selama kurang lebih 1 tahun salmon batita hidup di muara sungai. Baru setelah memasuki tahun keduanya, ikan salmon mulai berenang ke laut. Mengarungi samudra luas, mencari makan, mencari pengalaman sampai ia dewasa. Belajar banyak hal baru yang jauh berbeda dengan keadaan dimana ia dilahirkan.

Setelah dewasa, kalian tahu kemana salmon akan pergi?
Mereka akan kembali ke 'kampung halaman'nya. Benar-benar kampung halamannya. Mereka berenang kembali ke muara sungai dimana mereka dilahirkan. Setelah jauh berkelana, melewati banyak lautan bahkan samudra luas, bagaimana mungkin mereka mampu menemukan muara sungai yang sama dengan tempatnya dilahirkan?
Konon katanya, mereka menyimpan memori aroma dari sungai tempat lahir mereka.
Tuh, salmon aja yang udah sukses mengarungi samudra nggak lupa sama kampung halamannya.. Nggak kaya butiran debu yang tersesat dan tak tahu arah jalan pulang.. :D
Lalu, untuk apa mereka kembali ke sungai?
Jawabannya, agar mereka tidak punah. Mereka ingin mempertahankan generasinya. Mereka akan bertelur di sana dan memang hanya ingin bertelur di kampung halamannya.
Dan di titik inilah petualangan besar lain dimulai.

Bayangkan, dari sekian mil ,atau entah satuan jarak apa yang lebih jauh dari itu, mereka berenang dari samudra luas kembali ke muara sungai. Dan satu hal yang penting, mereka berenang melawan arus. Sungguh, makhluk kecil itu berenang melawan arus sejauh sekian satuan jarak tadi demi keturunannya. Dan faktanya lagi, selama perjalanan "pulang kampung" mereka berpuasa. Subhanallah..
Begitulah Sang Pencipta memberikan kekuatan lebih pada makhluk yang memperjuangkan hak makhluk lainnya. Seseorang yang membantu orang lain yang membutuhkan sekalipun ia sendiri dalam kesulitan. Bantulah orang lain, maka Allah yang akan membantumu.. :)

Sama seperti induk ayam. Ayam betina itu sejatinya tidak lebih kuat dari ayam jantan. Tapi lihat saja ketika induk ayam baru saja menetaskan anak-anaknya. Induk ayam akan menjadi jauh lebih kuat, lebih galak saat melindungi bayi-bayi ayamnya jika diserang makhluk lain.

Pinguin jantan juga begitu, setelah pinguin betina bertelur, telur itu akan dijaga oleh sang jantan. Telur itu diletakkan di kakinya, dengan sangat hati-hati agar tetap hangat dan tidak jatuh karena apabila telur itu jatuh maka dengan cepat akan menjadi beku. Selama empat bulan pinguin jantan mengerami telurnya, dia juga berpuasa. Tidak hanya berpuasa untuk dirinya, tetapi juga untuk calon anaknya. Dia menyimpan cadangan makanan di temboloknya untuk diberikan kepada sang anak ketika ia telah menetas nanti..

Kembali ke Sal-Mon!!!

Mereka berenang melawan arus, dengan berbekal tenaga dan strategi yang telah mereka dapatkan dari petualangannya di lautan lepas, di samudra luas. Perjalanan panjang tak selamanya mulus. Banyak ikan salmon yang mati terluka, keletihan bahkan dimakan beruang saat perjalanan "mudik"nya. Ya, ini proses seleksi alam. Hanya salmon-salmon yang tangguh, yang kuat yang mampu berhasil menyentuh garis finish.

Belajarlah dari ikan salmon. Berani anti-mainstream demi mengejar targetnya. Jangan hanya jadi pengikut tetapi sebenarnya kalian tidak tahu apa yang sedang kalian ikuti. Hanya agar menjadi aman, memiliki teman, sehingga kalian terpaksa ikut-ikutan. Kalau itu dalam hal baik sih oke. Tapi jika itu buruk? Kalian sendiri yang memutuskan, mau jadi IKAN SALMON atau IKAN MATI yang terseret arus.

Belajarlah lagi dari perjalanan si salmon. Tetap berjuang sekalipun mereka tahu beruang-beruang telah menanti mereka sebagai santap siang. Mereka yang tak pernah menyerah meskipun jalannya tak mudah. Mengenai berhasil atau tidaknya, serahkan pada Sang Sutradara. Ia telah menuliskan skenario terbaik untuk kita semua. Tinggal kita yang mau berusaha menjemput akhir terbaik itu atau hanya duduk di KURSI GOYANG. NYAMAN tapi DIAM.

Jadi, sekarang dimana si salmon??
Hey, dia telah sampai di "rumah"nya.
Sesampainya di kampung halaman, sang salmon akan bertelur dan si jantan akan membuahi telurnya. Beberapa waktu kemudian mereka akan mati dan bayi-bayi salmon terlahir menjadi yatim piatu. Sedih.. :'(




                                                                                   KA. Kahuripan, 14 Juli 2013 22:00 WIB


"Jangan pernah berhenti belajar dari alam, dan jangan mau kalah dari ikan salmon ya.. ;) "

Merakit Rakit



Repost dari note fb sih, tapi semoga masih bermanfaat.. :)


Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian

Sadarkah, merakit sebuah rakit itu lebih menyakitkan dibandingkan dengan hanya menaikinya.
Ya, kita ada pada tahap itu sekarang.
Mencari, mengumpulkan, memotong, menata dan mengikat bambu menjadi sebuah rakit. Langkah yang panjang dan letih bukan?

"Kenapa harus berfikir kalau kita ada di posisi tersulit sih? Bukannya lebih baik kita berfikir kalau apa yang sedang kita jalani ini lebih mudah sehingga kesenangan akan datang lebih cepat. Berfikir positif aja sih!", kata seorang teman.


"Posisi tersulit bukan berarti posisi terburuk kan? Saya nggak negatif thinking kok. Justru yang berfikir negatif hanya akan memandang sebelah mata pada posisi ini. 'Buat apa capek-capek merakit rakit kalau kita bisa memakai rakit yang sudah ada?!'
Iya, silakan saja kalau kamu mau pakai itu. :) "

Dalam hati saya masih yakin, sekali lagi, posisi tersulit bukan posisi terburuk.


Mari melihat makna leksikal dari baris pertama tulisan ini. Saya membayangkan saya ada di posisi perakit sebuah rakit.
Lelah memang, tapi apa yang mereka rasakan ketika rakit itu sudah jadi? Gembira. Lega.
Itu saja? Sudah puas?
Belum!
Rakit itu tak berarti apa-apa jika hanya terdiam. Gunakan rakit itu sebagaimana fungsinya. Ya, membawamu mengarungi sungai.
Sudah bisa merasakan?
Banggakah kamu? Melihat dan merasakan manfaat dari rakit yang telah kamu rakit.

"Ya, saya bangga", jawab seorang teman.


"Sudah cukup? Saya belum.
Saya akan lebih bangga jika saya mengajak orang lain untuk menumpang, merasakan manfaat rakit ini bersama."

"Berarti hanya dengan berakit kita sudah bahagia? Bagaimana dengan klausa kedua kalimat pertamamu?"

"Tentu tidak, kita memang harus berenang untuk sampai ke tepi."

"Tapi.."

"Pasti kamu ingin mengatakan kenapa tidak dengan rakit ini saja kita ke tepi?"

"Yah.."


"Ini yang namanya menghargai proses daripada sekedar hasil akhirnya. Apakah kamu memikirkan perasaan orang-orang yang menumpang rakitmu? Mereka memang akan bahagia setelah sampai di tepian, tanpa merakit, tanpa mendayung. Tapi jika itu kamu, banggakah kamu?
Biarkan mereka merasakan kebanggaan atas usaha mereka berenang dan disambut keluarganya yang menanti di tepian. Tapi jangan lupa menemani mereka berenang. Kamu akan merasakan sesuatu yang tak dapat diungkapkan ketika kamu juga telah sampai di tepi, memeluk erat keluarga yang menantimu, dan melihat orang-orang yang kamu bawa dengan rakitmu juga sedang memeluk erat keluarga mereka dengan bahagia. Masih berpikir jika mengumpulkan bambu itu pekerjaan yang buruk?"

" Terima kasih :) "

"Terimakasih juga atas senyum penuh maknamu. Aku tau kamu cerdas. Mengerti apa saja yang bisa kamu ambil dari tulisan ini. Ambil saja semua yang bisa kamu ambil, yang benar, yang berguna untukmu. Yang salah biar jadi milikku, dan benahilah agar menjadi benar sepertimu. Seperti ketika kamu mengambil bambu untuk merakit rakitmu, ambilah bambu yang lurus, ketika kamu temukan bambu yang bengkok, potonglah, dan jika pendek maka sambungkan dengan bambu lain yang lurus agar rakit itu tetap bisa kamu gunakan. "

Welcome (Back)

Assalamu’alaikum..

Fiuh! Akhirnya bikin blog lagi.. Blog yang dulu udah entah ngambang kemana.. Secara hampir empat tahun dianggurin karena selama kuliah lebih sering nulis laporan praktikum ketimbang nge-blog..

Alasan kenapa sekarang mau nge-blog lagi adalah pekerjaan.. Yap pekerjaan  yang sekarang –gue rasa- cukup menghambat kreativitas.. Gak menuntut otakku buat berkembang dan memaksa menciptakan inovasi.. Dan ini membosankan.. Tapi kalo mau cabut dari pekerjaan sekarang juga ga mungkin karena baru sebulan aku disini.. Aku ga pengen bikin ortu yang udah nyekolahin tinggi-tinggi jadi kecewa karena anaknya ga mau kerja #eh.. Karena cukup ngerasa terancam kalau kreativitasku gak bisa berkembang.. Jadi mesti buru-buru cari pelarian di bidang lain yang bisa nge-godhog otakku tapi tanpa meninggalkan pekerjaan yang sekarang..Kaya sekarang nih, lagi di tempat kerja tp ga ada yang dikerjain, yaudah nulis aja.. =))

Selain itu, aku ngerasa 2 tahun terakhir ini jadi orang yang tertutup.. Paling cuma cerita sama segelintir orang yang bener-bener bisa dipercaya aja.. Selebihnya kalo lagi suntuk, bete, larinya ke ngreluyur sendirian.. Jajan, nonton atau cuma sekedar jalan-jalan ngabisin waktu.. But, it’s really fun.. Terkadang dunia emang perlu kita nikmatin sendiri, karena cuma kita yang tahu apa yang bikin kita bahagia.. Selebihnya kadang suka curhat lewat nulis di kertas, abis itu disobek-sobek terus dibakar.. Sounds like ababil, right? -___-

Yaah, semoga setelah ini jadi rajin nge-blog lagi.. Tujuanku cuma satu.. Pengen bermanfaat buat orang lain.. Semoga lewat blog ini nantinya ga cuma berisi curhatan-curhatan basi yang ga ada nilainya, tapi juga tulisan yang bisa menginspirasi orang biar jadi manusia yang lebih baik lagi.. Ga hanya jadi tong sampah, tapi bisa jadi tanah humus yang bisa ditanami pohon dan bisa diambil buahnya.. Aamiin.. :)

Dan tibalah waktunya blog ini diluncurkan..

Kenapa jadi deg2an ya? :O

Happy reading dan semoga bermanfaat.. ;)